Ayo, Merapikan Mainan!



“Azkia, Luqman. Tolong rapikan lagi mainannya ya…!”
“Cape, Ma. Kalau merapikan mainan itu cape sekali,” kata Azkia dan begitu juga Luqman menimpali.

Waah, hebat sekali kan anak kecil. Mereka bisa bilang cape ketika disuruh merapikan mainan, padahal mereka yang sudah membuat ruangan jadi berantakan. Bahkan menyisipkan kata “minta tolong” seringkali tak cukup ampuh untuk membuat mereka merapikan mainannya sendiri.

Saya sempat berpikir bahwa anak-anak kecil memang begitulah adanya. Baru setelah mereka beranjak besar mereka akan berubah. Jadi, tunggu saja sampai mereka besar.

Akan tetapi, satu kejadian kecil membuat pikiran saya berubah tentang hal itu. Suatu hari, sejak siang sampai menjelang maghrib saya memang sedang punya acara beres-beres. Anak-anak sih tetap bisa asyik dengan beragam perkakas mainan mereka. Setelah cukup lama mereka bermain tentu saja saya berharap mereka merapikannya lagi. Tapi, dengan cara lama hampir pasti akan gagal, dan ujung-ujungnya jadi kesal juga kan.

Lalu, selintas terpikir untuk mengajak mereka melakukannya bersama-sama. Saya bilang, “Ada nggak ya yang mau membantu Mama membereskan mainan?”. Tanpa terduga, si kecil Luqman menjawab, “Ade, Ma. Mau bantuin”. Azkia juga tak ketinggalan, “Kakak juga mau bantuin, Ma.”

“Wah, kejutan besar nih!”pikir saya. Biasanya mereka langsung pasang muka dan badan yang ogah-ogahan kalau disuruh melakukan itu.

Akhirnya saya jadi punya ide untuk menambah suasana menyenangkan itu dengan sedikit tantangan. Saya kelompokkan kotak mainan menjadi tiga: kotak pertama untuk tempat mainan berbahan kayu, kotak kedua untuk mainan berbahan plastik, dan satu lagi untuk mainan berbahan karet. Ternyata seru juga, karena anak-anak ikut berpikir untuk memilah mainan yang dipegangnya.

Setelah selesai dimasukkan kotak, kami berbagi kotak untuk dibawa ke tempatnya. Saya bilang pada mereka, “Alhamdulillah ya, kita bisa bekerja sama merapikan mainan.”. Mereka terlihat puas dengan jerih payah itu, dan saya pun dapat pelajaran baru tentang meminta kontribusi mereka.

Jangan menyuruh, karena siapapun (termasuk anak-anak) ternyata tak suka disuruh. Tapi ajaklah, karena ajakan ternyata membuat orang merasa lebih berarti dan dihargai.

Salam pendidikan!

0 comments:

Post a Comment